Kusaeni

Gending Pencabut Nyawa

Gamelan tersebut terdengar ketika mendaki gunung di Pulau Jawa. Ia mengartikan, di sekitarmu sedang ada hajatan dari desa gaib. Tapi bukan cuma hajatan, gending yang satu ini dipercaya membawa kutukan sampai merenggut nyawa.

Gending Pencabut Nyawa
Penulis
Diosetta
Bahasa
Bahasa Indonesia, Bahasa Jawa
Format
Papperback
ISBN
978-979-780-988-1 ∷ 2022
Rating
3 dari 5
Beli dimana?
Tokopedia

Hai! : ingin mendapatkan buku ini? Silakan ikut giveaway buku ini. Terbatas.

Saya sama sekali tidak familiar dengan nama Diosetta pada awalnya, namun ketika Simpleman meng-retweet posting-an promo buku Diosetta di Twitter, membuat saya memutuskan untuk membelinya.

Dengan ekspektasi kualitas cerita seperti Simpleman.

Gending Alas Mayit

Windualit adalah nama desa terpencil dan jauh dari peradaban modern yang terletak di lereng Gunung Merapi.

Desa yang tenteram ini tiba - tiba geger dengan peristiwa penganiayaan dan pengusiran salah satu warganya yang bernama Laksmi. Perempuan ini dituduh berzina dan mengfitnah Aswangga, seorang juragan kaya raya yang tinggal di desa tersebut.

Atas kesepakatan warga, Laksmi kemudian mendapatkan hukuman diusir dari Desa Windualit.

Beberapa minggu setelah peristiwa pengusiran Laksmi, beredar kabar bahwa anak buah Aswangga membawa Laksmi ke dalam hutan terlarang di perbatasan desa. Disana Laksmi diperkosa dan dibunuh. Namun tidak ada satupun penduduk desa yang berani bersuara.

Di malam bulan purnama, terdengar suara nyaring gamelan. Beberapa warga mencari tau darimana suara suara itu berasal, yang ternyata berasal dari dalam hutan terlarang. Saat tengah malam terdengar teriakan dari rumah Aswangga, seorang bocah laki - laki mendobrak pintu untuk keluar rumah dan menari kesetanan mengikuti alunan suara gamelan.

Warga yang melihat hal tersebut kemudian membantu Aswangga untuk menangkap dan menghentikan si anak, namun entah bagaimana para warga tidak mampu. Si anak tertawa keras dan kemudian memutar kepalanya ke belakang hingga mematahkan batang lehernya.

Dengan leher yang patah, si Anak masih mampu menari dan kemudian berlari ke arah hutan. Para warga berlari mengejar namun si Anak telah menghilang di kegelapan hutan.

Esok harinya dilakukan pencarian dan ditemukan jasad si Anak tergeletak di pinggir hutan dengan kondisi mengenaskan. Kepala, tangan, badan, dan kaki berserakan terpencar. Warga ketakutan menganggap ini adalah kutukan.

Kutukan ini menyerang warga disetiap malam bulan purnama. Suara gending terdengar dari dalam hutan. Setiap warga yang mendengar suara alunan gamelan akan terpengaruh dan menari - nari diakhiri dengan tulang - tulang yang patah bahkan nyawa melayang.

Keadaan desa semakin mencekam karena kutukan. Para warga sudah berupaya mendatangkan dukun untuk meenangkal kutukan namun tidak memberikan hasil yang diharapkan. Bahkan para dukun itu sudah menjadi tumbal dimangsa kutukan Gending dari hutan.

Satu per satu warga menjadi mangsa dari kutukan suara gamelan ini.

Lalu bagaimanakah nasib warga desa lainnya? Apakah kutukan ini bisa dilawan? dan apakah ada kenyataan yang tersembunyi di balik kutukan ini?

Catatan

Pembelian buku ini dalam bentuk pre order dari Tokopedia. Estimasi pengiriman sekitar tanggal 28 Agustus 2022, namun di pertengahan bulan sudah dikirim.

Sambil menunggu pre order dikirim, saya membaca kisah Gending ini di utas Twitter milik Diosetta yang bisa dibaca melalui tautan berikut ini:

Gending Alas Mayit

Desa Windualit , Sebuah desa terpencil yang jauh dari sosok hiruk pikuk Perkotaan. Pemandangan indah gunung merapi selalu setia menemani pagi setiap warga di desa ini.#ceritahorror #bacahorror @bacahorror #gendingalasmayit pic.twitter.com/q7JedfTCGK

— Diosetta (@diosetta) 9 Juli 2021

Setelah membaca utas di Twitter dan membandingkan dengan isi bukunya, ternyata tidak ada perubahan yang signifikan kecuali penambahan 1 chapter diakhir mengenai nasib Laksmi.

Salah satu hal yang kurang dan terasa mengganjal adalah beberapa dialog dalam bahasa Jawa di buku ini tidak mengena. Setting lokasi cerita yang berada di daerah Jogyakarta seharusnya bisa mempergunakan tingkatan bahasa Jawa yang tepat (Krama-Madya-Ngoko), alih - alih seperti itu malah terkesan seperti diucapkan oleh orang Jawa biasa (yang tidak mengerti tata krama).

Secara keseluruhan buku ini lumayan, cocok untuk pemula yang baru terjun ke dunia cerita horor Jawa. Selain ceritanya yang ringan (dan pada beberapa hal berlebihan), plot-nya pun gampang ditebak. Buku Diosetta ini mengkombinasikan horor - komedi dan sedikit romance. Harapan saya kedepannya bisa membaca karya - karya Diosetta yang lebih daripada ini.

Saya membutuhkan waktu kurang dari 45 menit untuk menyelesaikan buku ini. Mungkin karena isinya hampir sama persis dengan utas yang sudah dibaca sehingga otak tak perlu lagi memproses cerita.

Namun bagi yang suka mikir dalam kebingungan dan kengerian, silakan baca buku - buku dari Simpleman.

Sewu Dino

simpleman

Dia adalah Dela Atmojo, anak yang harus kamu rawat sampai waktunya tiba. Ia dikirimi kutukan santet sewu dino. Santet yang sudah merenggut nyawa hampir seluruh anggota keluarga Atmojo.

Janur Ireng

simpleman

Ingatan hitam yang menyeruak dan membuka tabir gelap sebuah peristiwa masa lampau yang perlahan merangkak naik dan menunjukkan kilasan kepedihan dari sebuah perjanjian sedarah yang kental. Kisah dalam buku ini jauh lebih kelam dan gelap dibandingkan dengan Sewu Dino.

Ranjat Kembang

simpleman

Setelah memakan ratusan nyawa, perseteruan Trah Pitu menjalar begitu jauh, meneror keturunan termuda dan orang - orang di luar lingkaran keluarga. Buku ini membawa 3 pintu cerita yaitu Padusan Pituh (Mira), Lemah Layat (Agus), dan Kembang Wijayakusuma (Dela Atmojo)

Kudro

simpleman

Bayu Saseno menyelam dalam ingatan masalalunya, mencari dimana keberadaannya dalam tatanan bunga Wijayakusuma.

Comment's

Berlangganan Artikel

dapatkan notifikasi saat artikel baru diterbitkan, langsung ke dalam inboxmu

Layanan ini didukung oleh Buttondown.